Problematika Takjil

Berdasar kalender Qamariyah, terdapat dua belas bulan pada tahun hijriyah mulai dari bulan Muharam sampai bulan Zulhijah. Disela bulan-bulan tersebut terdapat bulan yang sangat mulia, yakni bulan suci Ramadan. Kenapa demikian ? karena pada bulan tersebut telah diturunkan kitab suci al-Qur’an.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ..الآية

Artinya: “Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda”{Q.S. al-Baqarah 185}.

Menurut Imam Ibnu Katsir bahwa Allah memuji bulan suci Ramadan diantara bulan-bulan lainnya sebab Dia pilih bulan tersebut untuk menurunkan kitab suci al-Qur’an, seperti itu pula ada hadis yang mengatakan bahwa Ramadan adalah bulan dimana kitab-kitab ketuhanan turun kepada para nabi.

Kemuliaan itu juga dikarenakan semua amal dilipatgandakan; mulai dari shalat, puasa, sedekah, tadarus al-Qur’an, umrah, dan segala bentuk amal ibadah lainnya.

Imam Ibnu Rajab RA berkata: “Pada upaya peningkatan kedermawanan Nabi SAW pada bulan suci Ramadan secara khusus terdapat banyak faidah; diantaranya momen atau waktu yang mulia serta dilipatgandakannya ganjaran padanya…”.

Sehingga dengan demikian, wajar masyarakat muslim berlomba-lomba dalam ibadah pada bulan suci Ramadan seperti tadarus al-Qur’an yang mulai menggema dari toa-toa masjid, mushola, surau, di sela-sela rumah masyarakat dan tak terkecuali instansi-instansi pemerintah, sepertihalnya  di Mushala Pengadilan Agama Sanggau; pula seperti tradisi takjil yang banyak diselenggarakan di masjid-masjid tak terkecuali Masjid Agung al-Mu’awanah yang tak jauh dari MESS Pengadilan Agama Sanggau.

Takjil sendiri adalah kegiatan yang sudah melekat ditengah-tengah masyarakat muslim Indonesia tatkala bulan suci Ramadan, entah siapa yang menginisiasi kegiatan ini menjadi kegiatan wajib pada sore hari yang tak pernah terpisahkan dari masjid pada bulan tersebut.

Berbicara tentang takjil, sebenarnya apa makna atau arti takjil itu sendiri ? berdasar wawancara kepada beberapa teman yang mungkin juga bisa merepresentasikan pemahaman masyarakat tentang takjil, ternyata mereka mengartikannya sebagai makanan yang dihidangkan saat berbuka puasa.

Apakah hal tersebut benar, artinya takjil berarti makanan berbuka puasa? Mari kita urai. Sebenarnya kata takjil itu berasal dari bahasa Arab yaituعَجِلَ-يَعْجَلُ   yang artinya segera (tanpa obyek), selanjutnya dirubah menjadi fi’il ruba’i mazid biharfin dengan wazan   فَعَّلَ – يُفَعِّلُ – تَفْعِيْلاًyang faidahnya adalah memuta’addikan atau menjadikannya suatu fi’il atau kata kerja berobyek sehingga menjadi  عَجَّلَ – يُعَجِّلُ – تَعْجِيْلاً yang berarti “menyegerakan”, sehingga dengan demikian kata takjil sebenarnya bermakna “menyegerakan”, lantas apa yang disegerakan ? tentu berbuka puasa , sehingga kata ini sesuai dengan kata takjil yang telah diserab ke dalam Bahasa Indonesia dengan makna yang sama, yakni mempercepat (dalam berbuka puasa).

Jika demikian, yakni tatkala kata takjil berarti menyegerakan atau mempercepat (dalam berbuka puasa), maka takjil sesuai dengan hadis Riwayat Bukhori dari Sahabat Sahl bin Sa’d bahwa Rasulullah SAW bersabda:

لا يزال الناس بخير ماعجلوا الفطر

Artinya: “Umat manusia akan selalu baik selama mereka menyegerakan berbuka”

Semoga secuil tulisan ini bermanfaat dan memotivasi kita semua untuk meningkatkan amal di bulan suci Ramadan yang belum tentu kita temua dimasa mendatang guna menggapai rida Ilahi Rabbiy.

والله اعلم بالصواب

Oleh: M. Yeri Hidayat Calon Hakim Pengadilan Agama Sanggau (Angkatan LXX)